BANJARNEGARA – Malam Tirakatan merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Pemkab Banjarnegara menjelang hari jadinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengenang para pahlawan, pemimpin pendahulu dan mereka yang berjasa dalam dalam perjalanan sejarah Kabupaten Banjarnegara.
Malam Tirakat Hari Jadi Banjarnegara ke 452, digelar di Pendapa Dipayudha Adigraha, Sabtu malam (25/2/2023). Hadir Penjabat Bupati Tri Harso Widirahmanto SH, anggota Forkopimda Banjarnegara, Sekrearis Daerah, dan para tokoh agama dan tokoh masyarakat. Di kursi undangan utama, hadir pula Wakil Bupati periode 2006 – 2011, Drs H. Suhardjo MM, dan H. Syamsudin S. Pd, M. Pd (Wabup Plt Bupati periode 2017 -2022), para staf ahli bupati, para asisten Sekda, kepala OPD, Camat, Lurah, ketua Tim Penggerak PKK dan undangan lainnya.
Ketua Pansus Perubahan Hari Jadi dan Logo Daerah DPRD Banjarnegara, Agus Junaedi, dalam pidatonya mengungkapkan, malam tirakatan hari jadi, agar dimaknai sebagai refleksi menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme. Ia juga memaparkan proses perubahan hari jadi dari 22 Agustus 1831 (Wani Memetri Rahayuning Praja) menjadi 26 Februari 1571 (Manunggaling swara tumataning praja)
Menurut Agus Junaedi, Hari Jadi Banjarnegara yang lama, 22 Agustus 1831, mengandung anomali, karena satu sisi kita mengakui Diponegoro sebagai Pahlawan Nasional, namun sisi lain kita juga mengakui pengangkatan Dipayudha IV oleh Belanda sebagai Bupati Banjarnegara atas jasanya ikut membantu Belanda melawan Diponegoro.
“Karena itu, berdasarkan aspirasi masyarakat, DPRD mengkaji dan menghasilkan Perda Perubahan Hari Jadi yang diikuti Perda Perubahan Logo Daerah. Semua itu kita harapkan menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme masyarakat,” harap Agus.
Ia juga menambahkan, dengan Hari Jadi Banjarnegara yang baru 26 Februari 1571, maka eksistensi bupati-bupati terdahulu sejak Banjar Petambakan berdiri diakui dan patut diteladani.
“Pada saat Geger Perang Pracina, bahkan Bupati Banjar Petambakan Mangunyudha gugur di benteng VOC di Kartosuro sehingga beliau dijuluki Mangunyudha Seda Loji. Sebuah patriotisme yang tidak dimiliki semua bupati saat itu,” tambahnya.
Pj Bupati Tri Harso Widirahmanto SH, dalam sambutannya menambahkan, perayaan Hari Jadi Banjarnegara juga merupakan waktu yang tepat untuk merefleksikan sikap Adipati Mrapat adipati Wirasaba yang rela membagi kekuasaan dengan membagi Kadipaten Wirasaba menjadi empat, termasuk Banjar Petambakan sebagai cikal bakal Banjarnegara.
Adipati Mrapat atau yang dikenal sebagai Jaka Kaiman membagi wilayah menjadi empat bagian :. Dirinya menyadari, bahwa ia hanya anak menantu dari Wargo Hutomo sehingga ia meminta kepada Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir untuk membagi Wirasaba menjadi empat.
“tentu saja ini sebuah sikap ksatria dan mengutamakan kebersamaan yang harus diteladani, yang mana sikap ini sesuai dengan etos masyarakat Banjarnegara,” katanya.
Tokoh Banjarnegara, HW Tadjudin Ahmad, dalam pengajian refleksi malam tirakatan mengajak hadirin untuk mengenang para pejuang dan pemimpin Banjarnegara pendahulu yang telah menempatkan pondasi sehingga Banjarnegara mampu melintasi lintasan waktu sejarah hingga saat ini.
Ia juga mengajak untuk meneladani moralitas Nabi Muhammad yang selalu menebarkan kebaikan terhadap orang yang membencinya sekalipun.
Malam tirakatan hari jadi diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin HW Tadjudin Ahmad yang saat inii menjadi dosen UNSIQ Jawa Tengah. Acara juga dimeriahkan oleh Qasidah Al Barqi dari Desa Masaran Kecamatan Bawang. *(tim_kominfo).
0 Komentar